JAKARTA, ALINIANEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan peringatan keras kepada Israel menyusul langkah parlemen negara itu yang menyetujui dua rancangan undang-undang (RUU) untuk mencaplok wilayah Tepi Barat, Palestina. Trump menegaskan, jika Israel bersikeras melanjutkan aneksasi, maka seluruh dukungan Washington akan dicabut.
“Itu tidak akan terjadi karena saya telah berjanji kepada negara-negara Arab. Israel akan kehilangan semua dukungannya dari Amerika Serikat jika itu terjadi,” ujar Trump dalam wawancara eksklusif dengan Time Magazine yang dipublikasikan Kamis (23/10/2025).
Pernyataan tegas itu muncul setelah Knesset (Parlemen Israel) menggelar pemungutan suara awal terhadap dua RUU yang membuka jalan bagi aneksasi wilayah Tepi Barat. RUU pertama disahkan dengan 32 suara setuju dan 9 menolak, mengusulkan pencaplokan Maale Adumim permukiman besar di timur Yerusalem. RUU kedua, yang mencakup seluruh wilayah Tepi Barat, lolos dengan 25 suara setuju dan 24 menolak.

Langkah itu langsung memicu kecaman internasional. Mengutip The Times of Israel, Trump menilai aneksasi Tepi Barat akan menghancurkan proses perdamaian yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Ia juga memperingatkan bahwa tindakan Israel bisa memicu kemarahan dunia Arab dan mengacaukan kerja sama regional yang tengah terjalin, termasuk hubungan diplomatik dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
“Langkah itu bertentangan dengan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB,” tulis laporan The Times of Israel. Wilayah Tepi Barat sendiri hingga kini masih diakui secara global sebagai bagian dari Palestina yang diduduki.
Meski Trump tidak merinci bentuk pencabutan dukungan yang dimaksud, sejumlah pengamat politik memperkirakan langkah itu bisa mencakup penghentian bantuan pertahanan, kerja sama keamanan, hingga perlindungan politik di forum internasional.
Selama ini, Amerika Serikat dikenal sebagai sekutu utama Israel, memberikan bantuan militer bernilai miliaran dolar setiap tahun, serta kerap menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Israel dari tekanan internasional. Tanpa dukungan Washington, posisi Israel di panggung global diperkirakan akan melemah signifikan.
Media Israel bahkan memperingatkan potensi keretakan hubungan kedua negara. Channel 12 melaporkan bahwa Trump disebut akan “menghancurkan Netanyahu” jika Perdana Menteri Israel itu membahayakan kesepakatan gencatan senjata Gaza dan upaya pembebasan sandera.
“Netanyahu berada di jalur yang sangat tipis dengan Presiden Trump. Jika dia terus melakukannya, dia akan mengacaukan kesepakatan Gaza. Dan jika dia mengacaukannya, Donald Trump akan mengacaukannya,” ungkap seorang pejabat Israel yang enggan disebut namanya kepada jurnalis Channel 12, Barak Ravid, sebagaimana dikutip The Times of Israel pada Jumat (24/10/2025).
“Dalam bahasa Inggris, kedengarannya lebih kasar,” tambah pembawa berita Yonit Levi menutup laporan tersebut.
Secara politis, langkah aneksasi Tepi Barat dipandang sebagai upaya Netanyahu memenuhi janji kepada basis nasionalis dan kelompok kanan Israel. Namun, di balik keuntungan politik jangka pendek, terdapat risiko besar yang bisa mengguncang posisinya, baik secara domestik maupun internasional.
Aneksasi yang dilakukan secara sepihak berpotensi menyeret Israel ke dalam isolasi diplomatik. Negara-negara Eropa, yang selama ini bersikap kritis terhadap kebijakan Israel, diperkirakan akan didesak menjatuhkan sanksi yang lebih keras. Bahkan, dukungan dari Amerika Serikat sekutu terkuat Israel pun kini berada di ujung tanduk.
Selain risiko diplomatik, ancaman terhadap keamanan nasional Israel juga meningkat. Aneksasi hampir pasti akan memicu gelombang kekerasan baru di wilayah Palestina, mulai dari demonstrasi besar hingga potensi perlawanan bersenjata yang lebih terorganisir. Kondisi ini dapat mengguncang stabilitas dalam negeri dan menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Netanyahu.
Di dalam negeri, kebijakan tersebut juga berpotensi memecah belah koalisi pemerintahan yang rapuh. Netanyahu memimpin aliansi yang terdiri dari partai-partai dengan pandangan berbeda dari kelompok kanan ultranasionalis hingga partai tengah yang lebih moderat. Jika tekanan internasional dan instabilitas meningkat, koalisi itu bisa runtuh sewaktu-waktu.
Dengan ancaman pencabutan dukungan dari Washington dan meningkatnya kecaman global, langkah Netanyahu mencaplok Tepi Barat bisa menjadi titik balik bersejarah—yang bukan hanya mengubah arah konflik Israel-Palestina, tetapi juga menempatkan Israel dalam posisi paling terisolasi dalam sejarah modernnya. (*/Rel)




