spot_img
spot_img

Serangan Rudal Iran ke Pangkalan AS di Qatar Jadi Titik Balik Menuju Gencatan Senjata

JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Serangan rudal Iran terhadap Pangkalan Udara Al Udeid milik Amerika Serikat (AS) di Qatar pada Senin (23/6/2025) menjadi titik balik dramatis dalam konflik militer antara Iran dan Israel. Meski mengejutkan dan memicu kewaspadaan di seluruh kawasan Teluk, serangan ini justru membuka jalan bagi kesepakatan gencatan senjata hanya sehari kemudian, Selasa (24/6/2025).

Tidak banyak yang tahu bahwa di balik serangan itu, ada upaya diplomasi intens dan pesan berantai yang berlangsung di belakang layar. Dikutip dari CNN, kisah ini dimulai sebelum serangan terjadi. Sejumlah pejabat tinggi Qatar telah lebih dahulu bertemu dengan Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, untuk mencari solusi meredakan ketegangan antara Iran dan Israel.

Kekhawatiran Regional dan Langkah Tanggap Qatar

Iklan

Menjelang sore hari pada Senin itu, Kementerian Pertahanan Qatar mulai mendeteksi adanya pergerakan rudal dari Iran menuju Teluk Arab. Ketegangan meningkat drastis, mengingat sehari sebelumnya (22/6/2025), AS diketahui melancarkan serangan terhadap beberapa fasilitas nuklir Iran.

Situasi cepat berubah menjadi darurat. Bahrain, lokasi Komando Angkatan Laut AS, meminta penduduk menjauhi jalan utama. Di Kuwait, tempat beberapa pangkalan militer AS berada, pemerintah mengaktifkan tempat perlindungan di kompleks kementerian. Di Uni Emirat Arab (UEA), khususnya Dubai dan Abu Dhabi, warga mulai memesan penerbangan lebih awal, sementara sebagian lain menimbun persediaan.

BACA JUGA  Indonesia dan Malaysia Sepakat Dukung Kemerdekaan Palestina

Di Doha, situasinya tak kalah genting. Warga negara AS dan Inggris diminta mencari perlindungan. Personel militer AS pun dievakuasi dari Pangkalan Al Udeid. Sistem radar militer Qatar salah satu yang tercanggih di kawasan mengonfirmasi bahwa rudal Iran sedang bergerak menuju Qatar.

“Masih banyak target di kawasan itu. Tetapi menjelang akhir sangat jelas, sistem rudal mereka sedang aktif dan kami memiliki ide yang sangat jelas satu jam sebelum serangan, Pangkalan Al Udeid akan menjadi sasaran,” ujar seorang pejabat Qatar yang memahami operasi pertahanan negaranya.

300 Personel Dikerahkan, Rudal Dicegat

Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, militer Qatar memberi peringatan bahwa rudal Iran telah mengudara. Sebanyak 300 personel militer dikerahkan, sementara sistem pertahanan rudal Patriot diaktifkan di dua titik strategis.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, mengonfirmasi bahwa serangan itu mengejutkan banyak pihak, termasuk pemerintahnya sendiri. “Kami tidak menganggap enteng jika negara kami diserang rudal dari pihak mana pun dan kami tidak akan pernah melakukan itu sebagai bagian dari sikap politik atau permainan di kawasan,” tegasnya.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa total 14 rudal ditembakkan Iran, meskipun militer Qatar mencatat 19 rudal. Dari jumlah itu, tujuh rudal berhasil dicegat di atas Teluk Persia, 11 lainnya dihentikan di langit Doha tanpa kerusakan, dan satu rudal mendarat di area tak berpenghuni di dalam pangkalan—menyebabkan kerusakan minimal.

BACA JUGA  Indonesia dan Malaysia Sepakat Dukung Kemerdekaan Palestina

Meski Iran disebut telah memberikan pemberitahuan awal kepada AS, Doha menyatakan tidak menerima peringatan langsung dari Teheran. “Kami tidak akan menempatkan rakyat kami dalam bahaya. Saya tidak akan menempatkan putri saya di bawah rudal yang datang dari langit hanya untuk mendapatkan hasil politik. Ini benar-benar kejutan bagi kami,” ungkap Al-Ansari.

Diplomasi Kilat dan Jalan ke Gencatan Senjata

Iran sendiri melalui Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyatakan bahwa peringatan serangan telah ditegaskan kembali kepada negara-negara Teluk dalam pertemuan di Istanbul sehari sebelumnya. Dewan Keamanan Nasional Iran bahkan menyebut Qatar sebagai negara sahabat dan menyatakan serangan itu tidak ditujukan untuk melukai.

Namun, Al-Ansari secara tegas membantah anggapan bahwa Qatar memberi restu atau ‘lampu hijau’ pada serangan tersebut untuk menciptakan peluang diplomatik. “Kami tidak akan pernah melakukan itu,” tegasnya.

Beberapa saat setelah serangan, Presiden Trump menelepon Emir Qatar, Tamim bin Hamad Al Thani. Ia menyampaikan bahwa Israel bersedia menyetujui gencatan senjata dan meminta Qatar membuka jalur komunikasi dengan Iran.

“Ketika kami tengah mendiskusikan cara membalas serangan, saat itulah kami mendapat telepon dari AS bahwa kemungkinan gencatan senjata, kemungkinan jalan menuju keamanan regional telah terbuka,” jelas Al-Ansari.

Qatar Jadi Mediator Kunci

Qatar langsung bergerak. Kepala negosiator Mohammed bin Abdulaziz Al-Khulaifi menghubungi pihak Iran, sementara Perdana Menteri Qatar berbicara dengan Wakil Presiden AS JD Vance. Dalam hitungan jam, jalur diplomasi intensif itu berhasil membuahkan hasil.

BACA JUGA  Indonesia dan Malaysia Sepakat Dukung Kemerdekaan Palestina

“Semua opsi tersedia malam itu. Kami bisa langsung membalas atau menarik diri dan mengatakan kami tidak akan berbicara dengan negara yang mengirim 19 rudal ke arah kami. Namun kami juga menyadari bahwa itu adalah momen yang dapat menciptakan momentum perdamaian di kawasan yang sudah tidak ada selama dua tahun ini,” papar Al-Ansari.

Tak lama setelah itu, Trump secara terbuka mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Iran dan Israel telah disepakati. Keesokan harinya, kedua pihak mengonfirmasi kesepakatan tersebut, mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 12 hari. (*/rel)

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses