spot_img
spot_img

Presiden Finlandia: Putin Tak Bisa Dipercaya, Eropa-AS Bahas Jaminan Keamanan untuk Ukraina

Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin negara Eropa bicara soal Rusia-Ukraina. (Foto: REUTERS/Alexander Drago)

JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Presiden Finlandia Alexander Stubb menegaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat dipercaya. Pernyataan itu ia sampaikan usai menghadiri pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan para pemimpin negara Uni Eropa, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, di Gedung Putih, Washington D.C., Senin (18/8) waktu setempat.

Pertemuan tersebut membahas prospek perdamaian Rusia-Ukraina sekaligus jaminan keamanan yang lebih kuat bagi Kyiv.

Iklan

“Putin tak bisa dipercaya. Kini kita akan melihat apakah ia memiliki keberanian untuk hadir dalam pertemuan semacam ini. Apakah ia berani datang ke pertemuan trilateral, atau justru kembali mencoba mengulur waktu?” kata Stubb kepada wartawan Finlandia, dikutip AFP.

Komentar itu muncul setelah Trump menyebut tengah menyiapkan pertemuan langsung antara Putin dan Zelensky dengan format trilateral dalam dua pekan mendatang. Kanselir Jerman Friedrich Merz juga menyampaikan klaim bahwa Putin telah mengatakan kepada Trump kesiapannya untuk bertemu Zelensky. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi dari Putin maupun komentar resmi dari Zelensky mengenai rencana tersebut.

Dukungan NB8 untuk Ukraina

Selain pernyataan Stubb, Finlandia bersama kelompok Nordic-Baltic Eight (NB8) menyatakan dukungan penuh terhadap kedaulatan Ukraina. Dalam pernyataan bersama yang dirilis Sabtu lalu, mereka menuntut penyelesaian adil atas perang Rusia-Ukraina.

BACA JUGA  Israel Ancam Lanjutkan Perang Jika Hamas Langgar Gencatan Senjata, Trump Desak Serahkan Semua Jenazah Sandera

“Kami tetap teguh mendukung Ukraina dan upaya, termasuk yang dilakukan Presiden Trump, untuk mengakhiri perang agresi Rusia terhadap Ukraina,” tulis pernyataan NB8.

Dokumen itu menyerukan gencatan senjata, jaminan keamanan yang kredibel bagi Ukraina, pengembalian anak-anak Ukraina yang diculik Rusia, serta komitmen internasional untuk mencegah serangan lanjutan dari Moskow. NB8 juga menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki hak veto terhadap jalur keanggotaan Ukraina ke NATO maupun Uni Eropa.

“Hanya Ukraina yang berhak mengambil keputusan terkait masa depannya. Pengalaman telah menunjukkan bahwa Putin tidak dapat dipercaya. Pada akhirnya, Rusia bertanggung jawab untuk menghentikan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Agresi dan ambisi imperialis Rusia adalah akar penyebab perang ini,” lanjut pernyataan yang dikutip yle.fi.

“Kami menuntut Rusia segera mengembalikan anak-anak yang diculik dari wilayah pendudukan, serta membebaskan tawanan perang dan tahanan sipil,” tegas NB8.

NB8 terdiri dari delapan negara Nordik dan Baltik: Estonia, Latvia, Lituania, Finlandia, Swedia, Norwegia, Denmark, dan Islandia. Seluruhnya merupakan anggota NATO, dengan kecuali Islandia dan Norwegia yang bukan bagian Uni Eropa. Dari kelompok tersebut, Finlandia, Norwegia, serta tiga negara Baltik yang berbatasan langsung dengan Rusia dikenal sebagai pendukung paling keras kedaulatan Ukraina. Hingga akhir Juni 2025, Finlandia sendiri telah menyalurkan bantuan pertahanan sebesar 2,8 miliar euro sejak Rusia melancarkan invasi penuh pada 2022.

BACA JUGA  Israel Ancam Lanjutkan Perang Jika Hamas Langgar Gencatan Senjata, Trump Desak Serahkan Semua Jenazah Sandera

Ukraina Siapkan Pembelian Senjata Besar

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Zelensky mengumumkan rencana pembelian senjata Amerika Serikat hingga senilai US$90 miliar atau sekitar Rp1.459 triliun. Pendanaan tersebut akan disokong oleh Eropa sebagai bagian dari jaminan keamanan baru yang disepakati dengan AS dan NATO.

Zelensky menjelaskan, kesepakatan itu termasuk peluang bagi Ukraina untuk memproduksi drone, sebagian di antaranya akan dibeli oleh AS. Meski begitu, ia menegaskan bahwa pembicaraan tersebut masih dalam tahap awal. “Kesepakatan akan diresmikan pekan depan atau sepuluh hari setelah pertemuan ini,” ujarnya, dikutip CNN.

Sejak lama Ukraina meminta jaminan keamanan konkret dari AS dan negara-negara Eropa agar tidak kembali menjadi korban agresi jika perang berakhir. Namun, negosiasi tersebut berjalan lamban dan kerap menemui jalan buntu.

Pertemuan Trump-Putin Belum Hasilkan Gencatan Senjata

Pertemuan di Gedung Putih berlangsung hanya beberapa hari setelah Donald Trump bertemu Vladimir Putin di Alaska pada 15 Agustus. Dari pertemuan bilateral itu, tidak ada kesepakatan gencatan senjata yang dicapai.

Sejumlah analis bahkan menilai Putin mendapatkan keuntungan besar dari pertemuan tersebut, mulai dari rekonsiliasi hubungan dengan Washington hingga penyambutan yang disebut menyerupai kunjungan persahabatan.

Trump sendiri menyampaikan bahwa Putin sudah siap bertemu Zelensky untuk membahas gencatan senjata, walau tidak membeberkan detail lebih lanjut. Setelah pertemuan AS-Eropa di Gedung Putih, Kanselir Jerman Friedrich Merz kembali menegaskan bahwa Putin setuju bertemu Zelensky dalam dua pekan ke depan, meski lokasi pertemuan belum ditentukan.

BACA JUGA  Israel Ancam Lanjutkan Perang Jika Hamas Langgar Gencatan Senjata, Trump Desak Serahkan Semua Jenazah Sandera

(*/rel)

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses