ALINIANEWS.COM (Jakarta) – Pemerintah Indonesia menargetkan impor sebanyak dua juta ekor sapi hingga tahun 2029 sebagai bagian dari upaya mendukung program Makan Bergizi Gratis.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah dan ibu hamil di seluruh Indonesia, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menjelaskan bahwa sapi yang akan diimpor pemerintah terdiri dari satu juta ekor sapi perah dan satu juta ekor sapi pedaging.
“Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu dalam negeri, sekaligus mendukung program Makan Bergizi Gratis yang telah kami mulai,” ujar Sudaryono.
Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan impor sebanyak 400.000 ekor sapi, dengan rincian 200.000 ekor sapi perah dan 200.000 ekor sapi pedaging.
Sapi-sapi tersebut akan didatangkan dari negara-negara pemasok utama, seperti Australia, Selandia Baru, dan Brasil. Impor ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan susu nasional, yang saat ini sekitar 80 persen masih bergantung pada produk impor.
Program Makan Bergizi Gratis telah dimulai dengan distribusi 570.000 porsi makanan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Ke depannya, pemerintah menargetkan program ini menjangkau lebih dari 80 juta anak dan ibu hamil, dengan estimasi anggaran sebesar 28 miliar dolar AS hingga tahun 2029.
Sebagai upaya mendukung program ini, pemerintah telah menyiapkan lahan peternakan seluas 1,7 juta hektare di berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah. Selain itu, skema Proyek Strategis Nasional (PSN) juga diperkenalkan untuk menarik investasi di sektor peternakan sapi.
“Kami ingin memastikan keberlanjutan program ini dengan melibatkan peternak lokal dan investor untuk mempercepat produksi sapi indukan dalam negeri,” jelas Sudaryono.
Menurut laporan dari Reuters, pemerintah juga mendorong para peternak untuk mengambil peran aktif dalam pengembangan program ini.
Hal ini dilakukan untuk memperkuat produksi lokal dalam jangka panjang sehingga kebutuhan daging dan susu dapat dipenuhi tanpa harus bergantung pada impor.
Langkah ini diharapkan dapat tidak hanya meningkatkan kesehatan generasi muda melalui asupan gizi yang lebih baik, tetapi juga memperkuat sektor peternakan nasional.
Pemerintah optimistis bahwa program ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat, sekaligus mendukung kemandirian pangan Indonesia di masa depan.