JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Pemerintah tengah menyiapkan formula baru pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto. Salah satu gagasan yang kini mencuri perhatian adalah konsep “school kitchen”, atau dapur sekolah, yang memungkinkan makanan bergizi dimasak langsung di lingkungan sekolah, bukan di dapur terpusat seperti selama ini.
Gagasan tersebut disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, yang menilai model ini dapat meningkatkan kualitas makanan sekaligus mendorong kemandirian sekolah.
“Konsep school kitchen memungkinkan MBG tidak dimasak di dapur pusat, tetapi dimasak oleh kantin sekolah,” ujar Abdul Mu’ti dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (17/10/2025).
Namun, konsep ini tidak akan langsung diterapkan di semua sekolah. Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu, hanya sekolah yang siap secara fasilitas dan manajemen yang akan ditunjuk untuk menjalankan school kitchen.
“Mekanisme tersebut masih dalam tahap pembahasan lintas kementerian dan akan dipastikan setelah Peraturan Presiden (Perpres) terkait pengelolaan MBG resmi diterbitkan,” jelasnya.
Belajar dari Singapura
Model dapur sekolah yang diusulkan Mu’ti sejatinya sudah diterapkan di beberapa negara, termasuk Singapura, yang akan meluncurkan program makan bergizi untuk pelajar pada 2026.
Kementerian Pendidikan Singapura (Ministry of Education/MOE) telah menunjuk tiga vendor katering Chang Cheng Mee Wah Food Ind, Gourmetz, dan Wilmar Distribution untuk melayani 13 sekolah dasar dan menengah.
Dua vendor pertama menyediakan makanan melalui sistem pemesanan daring, di mana murid mengambil pesanan dari loker otomatis menggunakan kartu ez-link. Namun, Wilmar memilih model berbeda: memasak langsung di sekolah melalui kios dan dapur on-site.
“Memasak di tempat memastikan kami memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan permintaan,” kata perwakilan Wilmar seperti dikutip dari arsip detikEdu.
Konsep yang diusulkan Mu’ti memiliki kemiripan dengan model Wilmar tersebut, yang memungkinkan makanan lebih segar, hangat, dan sesuai dengan kebutuhan lokal.
DPR Dukung Konsep Desentralisasi Gizi
Gagasan school kitchen mendapat sambutan positif dari Komisi X DPR RI. Wakil Ketua Komisi X, Lalu Hadrian Irfani, menilai pendekatan ini progresif karena memberi ruang bagi sekolah untuk berinovasi dan menyesuaikan menu dengan potensi pangan daerah masing-masing.
“Komisi X DPR RI akan mendorong agar regulasi tentang pengelolaan MBG mencakup ketentuan teknis pelaksanaan school kitchen, standar mutu gizi, keamanan pangan, mekanisme pembinaan, serta skema insentif bagi sekolah yang lolos penilaian BGN,” ujar Lalu seperti dikutip dari detikNews.
Menurutnya, konsep ini juga sejalan dengan semangat desentralisasi pendidikan. Sekolah di wilayah agraris, misalnya, dapat memanfaatkan bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi peserta didik, sekaligus mengurangi ketergantungan logistik dari luar daerah.
“Sekolah di wilayah terpencil atau daerah agraris memiliki potensi bahan pangan lokal yang bisa dimanfaatkan. Dengan pendekatan school kitchen, kita bisa mengoptimalkan sumber daya lokal dan meminimalkan kendala distribusi,” ucapnya.
Lalu menambahkan, DPR akan mengawal pembahasan regulasi dan alokasi anggaran untuk mendukung sekolah yang ingin menjalankan dapur mandiri, baik melalui APBN maupun APBD. Dukungan juga akan diberikan dalam bentuk pelatihan manajemen dapur dan sanitasi pangan.
Masih Dibahas di Lintas Kementerian
Meski mendapat dukungan, konsep school kitchen masih menunggu kepastian regulasi. Pemerintah baru akan memutuskan mekanismenya setelah Perpres MBG diterbitkan.
“Sehingga tidak semuanya harus melalui cara seperti yang sekarang ini ada. Tapi ini masih kami bicarakan di rapat lintas kementerian. Bagaimana finalnya, kita tunggu sampai Perpresnya keluar. Apapun hasilnya, kami akan mengikuti dan melaksanakannya,” tandas Abdul Mu’ti.
Jika terealisasi, school kitchen diyakini bisa menjadi terobosan penting dalam pelaksanaan MBG, memastikan setiap anak sekolah tidak hanya mendapat makanan bergizi, tetapi juga hasil karya dapur sekolah yang dikelola dengan semangat gotong royong, transparansi, dan pemberdayaan lokal. (*/REL)