βπ«π tπππ πΊπππππ π¨πππ, wππππ π¨πππππ π΅ππ π»πππ meπππππππ π©πππππ π¨πππππ π
πππππ π·ππππ haru dan bangga. (Foto Dodon)
β
βDHARMASRAYA, ALINIANEWS.COM — Kamis siang (31/07/2025), usai menghadiri seremoni pelepasliaran Harimau Sumatera βGadih Mudiak Ayia, bersama tokoh Nasional Hasyim Djoyohadikusumo, adik Presiden Prabowo, Menteri Kehutanan Raja Juli Antony dan Wagub Sumbar Vasko Rusaemy, di Komplek Perkebunan PT. Tidar Kerinci Agung (TKA), Sungai Kunyir Solok Selatan, Bupati Dharmasraya Annisa Suci Ramadhani tak langsung kembali ke Pulau Punjung.
β
βDi tengah keletihan setelah dua hari penuh aktivitas tanpa jeda, ia justru memutuskan untuk singgah sebentar di sebuah nagari kecil di tepian Batang Asam: Alahan Nan Tigo, Kecamatan Asam Jujuhan.
β
βPerjalanan menuju nagari mungil itu sempat menyulitkan. Jalanan perkebunan yang berdebu dan perubahan lanskap akibat replanting membuat arah tersamar.
β
βBahkan Kepala Dinas PMPTSP, Naldi dan Kabid IKP Amrijal, yang bertahun-tahun pernah ditugaskan di wilayah ini sempat kebingungan. Namun suasana berubah tenang ketika Wali Nagari Ismed Suhendro datang menjemput dan menunjukkan arah.
β
βSesampainya di Lubuk Malintangβsebuah sudut tenang di tepi Sungai Asam yang airnya bening mengalir di antara bebatuan βrombongan kecil Annisa disambut senyum tulus warga.
β
βAnak-anak berkumpul di tepian sungai, dan warga telah menunggu dengan wajah penuh harap. Tak sampai menunggu lama, di lokasi sederhana yang belum pernah disentuh promosi wisata itu, justru terasa kekayaan sejati sebuah nagari: kebersamaan.
β
βBupati Annisa turun dari mobil dengan langkah ringan, menyapa satu per satu warga, lalu duduk di bangku plastik, dikelilingi masyarakat yang hangat.
β
βMeski masih mengenakan pakaian formal dari acara sebelumnya, ia tak ragu melebur dalam obrolan santai sambil menikmati kopi kampung dan pisang goreng olahan warga setempat.
β
ββCantik nian, ternyata aslinya lebih dari yang di Facebook,β bisik seorang remaja puteri kepada temannya yang langsung mengundang gelak kecil, sambil menggengam gadget yang dipersiapkan untuk berswafoto. Tak ada jarak, tak ada protokol ketat. Hanya kehadiran yang tulus, disambut kerinduan yang selama ini mungkin terpendam.
β
βObrolan mengalir ringan: tentang anak-anak yang mandi di lubuk, tentang ayunan dari tali di pohon besar, tentang rutinitas warga bersama kebun-kebun sawit mereka.
β
βDan di sela itu, Annisa mengaku tulus, βSaya senang bisa duduk bersama warga di tempat seindah ini. Sederhana tapi hangat. Warganya ramah, dan sungguh terasa rasa saling peduli di sini.β
β
βBanyak warga mengaku baru pertama kali melihat pemimpin daerahnya itu dari dekat. Seorang bapak paruh baya mengungkapkan rasa gembiranya, βBiasanya kami cuma lihat beliau di layar hape. Tapi hari ini kami lihat langsung, dan ternyata ramah.β ungkapnya.
β
βCamat Asam Jujuhan, Darul Khutni, menjelaskan bahwa kunjungan ini sama sekali tidak dijadwalkan. βTidak ada agenda resmi, tidak ada persiapan. Saya baru diberitahu sebelum Zuhur. Tadi beliau sendiri yang minta singgah sebentar karena tahu ada warga yang berkumpul. Itu keputusan spontan,β ujarnya.
β
βLubuk Malintang sendiri selama ini dijaga oleh masyarakat dengan cinta. Meski sedikit mulai ditata, belum ada papan penanda nama. Hanya airnya jernih, bebatuannya alami, dan suasananya damai yang menjadi pengingat bagi siapapun yang berkunjung.
β
βDi saat anak-anak di kecamatan lain bermain di kolam pemandian. Anak-anak di sini masih bermain dengan alam, yang mendidik dan menempa menjadi generasi yang kuat.
β
βBupati Annisa tidak menyampaikan program, tidak pula menjanjikan apa-apa. Namun dari sikap dan tutur katanya, warga menangkap pesan yang lebih penting: bahwa mereka dilihat, dihargai, dan dianggap penting.
β
βPertemuan itu hanya berlangsung satu jam. Tapi cukup untuk meninggalkan kesan mendalam. Anak-anak berlarian sambil melambaikan tangan, ibu-ibu tersenyum sambil menatap layar ponsel mereka, dan para tokoh kampung mengantar kepulangan bupati dengan ucapan terima kasih yang tulus dan sederhana.
β
βTidak ada seremoni. Tidak ada panggung. Tapi ada makna yang kuat: kehadiran seorang pemimpin yang datang bukan untuk didengarkan, melainkan untuk mendengar.
β
βDan di pinggir sungai yang menenangkan itu, tercipta satu sore yang akan selalu dikenang. Bukan karena agenda besar, tetapi karena kesederhanaan yang menyentuh bersama Bupati Annisa. (DODON APRIANTO)