ALINIANEWS.COM (Jakarta) – Pemerintah Israel menunda persetujuan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas yang sebelumnya dijadwalkan untuk disetujui pada Kamis, 16 Januari 2025.
Penundaan ini disebabkan oleh ketidaksepakatan yang terus berlangsung di dalam kabinet Israel terkait beberapa elemen kesepakatan yang diajukan. Sebuah pemungutan suara yang dijadwalkan mungkin akan dilakukan pada Jumat atau Sabtu.
Dilansir dari tempo.co, meskipun begitu, Amerika Serikat tetap optimis kesepakatan dapat diberlakukan pada Minggu, sesuai rencana. “Secepatnya akhir pekan ini. Kami tidak melihat adanya tanda-tanda yang menunjukkan bahwa akan gagal,” kata Juru Bicara Gedung Putih, John Kirby.

Kesepakatan tersebut mencakup gencatan senjata selama 42 hari, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta peningkatan bantuan kemanusiaan.
Salah satu bagian penting dari kesepakatan adalah pertukaran sandera, di mana 33 sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza akan dibebaskan dalam enam minggu pertama perjanjian. Meski begitu, situasi di Gaza tetap mencekam.
Serangan udara Israel pada Kamis, 16 Januari 2025, menyebabkan sedikitnya 77 orang tewas dan lebih dari 250 orang terluka. “Korban tewas termasuk 21 anak-anak dan 25 perempuan,” ungkap juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basel, dikutip dari suarasurabaya.net.

Dalam pernyataannya, PM Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas mengajukan tuntutan baru menjelang persetujuan kesepakatan.
“Kabinet Israel tidak akan bersidang sampai para mediator memberi tahu Israel bahwa Hamas telah menerima semua elemen perjanjian,” kata kantor Netanyahu.
Sementara itu, Hamas melalui pejabat senior Izzat el-Reshiq menyatakan tetap berkomitmen pada kesepakatan tersebut, meski ada ketegangan yang belum terselesaikan.
Proses negosiasi melibatkan mediator dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, yang terus berupaya mengatasi perselisihan, termasuk mengenai identitas beberapa tahanan yang akan dibebaskan Hamas.
Kesepakatan ini, yang dianggap oleh Presiden AS Joe Biden sebagai langkah awal menuju perdamaian yang lebih luas, masih membutuhkan waktu untuk implementasi penuh.
“Pada tahap selanjutnya, kami akan melihat pembebasan semua sandera dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza,” kata Biden.
Meskipun perjanjian ini memberikan sedikit harapan di tengah kehancuran Gaza, implementasinya diperkirakan akan menghadapi tantangan besar. Konflik yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 menewaskan lebih dari 46.000 orang di Gaza dan mengakibatkan lebih dari 1.200 orang Israel tewas. (*/at)