spot_img
spot_img

Hari Koperasi Nasional: Mengenang Warisan Ekonomi Kerakyatan yang Diperjuangkan Mohammad Hatta

Ilustrasi koperasi.(Foto : Istimewa)

JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Meski tak termasuk dalam daftar hari libur nasional, peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) tetap menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali peran koperasi sebagai tulang punggung ekonomi rakyat Indonesia.

Tahun ini, Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) mengusung tema “Koperasi Maju, Indonesia Adil Makmur”. Sejumlah kegiatan digelar untuk memeriahkan Harkopnas 2025, seperti Harkopnas Expo yang berlangsung sejak Jumat (11/7) hingga Minggu (13/7), Pasar Rakyat Bhakti Sosial di seluruh wilayah DEKOPINWIL, serta ziarah ke makam Bung Hatta, tokoh sentral dalam sejarah koperasi nasional.

Iklan

Sejarah Hari Koperasi: Berakar dari Kongres Tasikmalaya

Dilansir dari buku Pengetahuan Perkoperasian (1977) karya Dahlan Djazh, penetapan 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional berakar dari penyelenggaraan Kongres Koperasi Pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 12 Juli 1947. Tasikmalaya dipilih karena saat itu Bandung masih berada dalam kekuasaan Belanda pasca-kemerdekaan.

Kongres ini menandai babak baru dalam sejarah perekonomian nasional. Salah satu keputusan pentingnya adalah pendirian Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI), serta penetapan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi. Di lokasi kongres itu pula, kemudian didirikan Tugu Koperasi sebagai pengingat kontribusi para perintis.

Dalam dokumen Garis-garis Besar Rectjana Pembangunan Lima Tahun 1956–1960 yang diterbitkan Biro Perantjang Negara, peringatan ini juga tercatat sebagai bagian dari program pembangunan nasional berbasis ekonomi kerakyatan.

BACA JUGA  Alhamdulillah, Gaji ASN Naik Terhitung Agustus 2025

Cikal Bakal Koperasi: Dari Purwokerto Menuju Nasional

Sebelum kongres tersebut, benih koperasi di Indonesia sudah ditanam jauh lebih awal. Pada 1896, seorang Patih asal Purwokerto, Raden Aria Wiria Atmaja, mendirikan koperasi kredit bagi para pegawai negeri. Gagasannya mendapat dukungan dari pejabat Belanda, De Wolff van der Westerrode, yang mendorong pembentukan Bank Pertolongan, Tabungan, dan Pertanian.

Gagasan koperasi kemudian berkembang pesat karena selaras dengan budaya gotong royong dan asas kekeluargaan, dua nilai inti masyarakat Indonesia. Pemerintah kolonial Hindia Belanda pun merespons dengan menerbitkan sejumlah regulasi koperasi.

Mohammad Hatta: Bapak Koperasi Indonesia

Salah satu tokoh paling penting dalam perjalanan koperasi di tanah air adalah Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Atas dedikasinya terhadap sistem koperasi, ia dianugerahi gelar Bapak Koperasi Indonesia dalam Kongres Koperasi Kedua yang diselenggarakan pada 15–17 Juli 1953.

Sebelumnya, dalam pidato Hari Koperasi pada 12 Juli 1951, Hatta sudah menekankan pentingnya koperasi sebagai instrumen utama membangun ekonomi rakyat. Bagi Hatta, koperasi bukan hanya bentuk organisasi ekonomi, tetapi juga manifestasi dari semangat kolektivitas bangsa.

“Koperasi bukan saja alat untuk memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat kecil, tetapi juga sekolah bagi rakyat untuk belajar mengelola usaha sendiri,” kata Hatta dalam pidatonya saat itu.

Lima Gagasan Hatta yang Menjadi Pondasi Gerakan Koperasi

Mengutip Kompas.com (2/5/2024), berikut adalah lima prinsip utama pemikiran Mohammad Hatta mengenai koperasi sebagai dasar ekonomi nasional:

  1. Koperasi sebagai Sistem Ekonomi Kerakyatan
    Hatta melihat koperasi sebagai pengejawantahan semangat gotong royong, sekaligus perwujudan ekonomi rakyat yang adil dan mandiri.

  2. Mengganti Kapitalisme dengan Asas Kekeluargaan
    Ia menolak dominasi modal dan eksploitasi ala kapitalisme, dan menggantinya dengan asas kekeluargaan sebagai jalan menuju kemakmuran bersama.

  3. Koperasi sebagai Sarana Pendidikan Ekonomi
    Menurut Hatta, koperasi memberikan rakyat kesadaran akan potensi diri melalui semangat self-help, atau menolong diri sendiri.

  4. Membangun Ekonomi Lewat Sistem Koperasi
    Hatta mengadaptasi sistem koperasi Eropa untuk memberdayakan rakyat Indonesia, menghimpun kekuatan kecil agar menjadi kekuatan ekonomi besar.

  5. Koperasi sebagai Solusi Ekonomi yang Adil
    Ia memandang koperasi sebagai alternatif ekonomi yang merata, di mana semua anggota mendapat manfaat, bukan hanya golongan atas.

BACA JUGA  ALINIA FARM: Peternakan Ayam Modern Berbasis Teknologi Otomatis yang Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional

Lebih dari Sekadar Hari Peringatan

Peringatan Hari Koperasi seharusnya tidak hanya menjadi seremoni tahunan. Ia adalah ajakan untuk kembali merefleksikan cita-cita ekonomi Indonesia yang dicetuskan oleh para pendiri bangsa. Di tengah arus kapitalisme global, koperasi masih relevan sebagai wadah inklusif untuk membangun kesejahteraan kolektif.

Dan sebagaimana yang diyakini oleh Hatta, “Koperasi adalah bentuk usaha yang paling cocok bagi masyarakat Indonesia karena sesuai dengan jiwa gotong royong dan asas kekeluargaan. (*/rel)

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses