spot_img
spot_img

Harga Emas Dunia Melemah 1,8 Persen dalam Sepekan

JAKARTA, ALINIANEWS.COM – Harga emas dunia melemah 1,8 persen sepanjang pekan ini, menjadi penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari sebulan terakhir. Pada penutupan perdagangan Jumat (15/8/2025) waktu setempat atau Sabtu (16/8/2025) pagi WIB, harga emas memang stabil, namun secara akumulasi mingguan tetap tertekan.

Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot nyaris tak bergerak di level 3.336,66 dollar AS per ons, sementara harga emas berjangka AS ditutup di 3.382,6 dollar AS per ons.

Pelemahan terjadi setelah rilis data indeks harga produsen (PPI) AS yang melonjak 0,9 persen pada Juli 2025 dibanding bulan sebelumnya (mtm), jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 0,2 persen. Kenaikan ini bahkan menjadi yang terbesar sejak Juni 2022.

Iklan

Ekspektasi Suku Bunga The Fed Menyusut

Data ekonomi yang kuat membuat pelaku pasar mengoreksi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada September kini diperkirakan 89,1 persen, turun dari proyeksi sebelumnya sekitar 95 persen, menurut CME FedWatch.

“Emas melemah karena data PPI AS yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga, sebab data ini berpotensi mendorong inflasi inti PCE Juli lebih tinggi, sehingga membuat The Fed lebih berhati-hati,” ujar Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Penguatan indeks dollar AS (DXY) sebesar 0,5 persen dari posisi terendah dalam dua pekan terakhir, serta naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke level 4,29 persen, juga menekan minat investor terhadap emas.

BACA JUGA  Pemerintah Kaji Usulan Bulog Naik Setara Kementerian, Mensesneg: “Kalau Pangan Aman, Perut Aman”

emas batangan

Ilustrasi emas batangan(PIXABAY/OMAR HADAD)

Faktor Geopolitik Masih Membayangi

Lukman Otunuga, Senior Research Analyst FXTM, menilai ketidakpastian politik global masih berpotensi memengaruhi pergerakan harga emas.
“Meski harga emas stabil pada akhir pekan, tekanan bisa kembali muncul bergantung pada hasil pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska,” katanya.

Trump sendiri menyebut pertemuan dengan Putin sebagai “pertemuan berisiko tinggi” untuk membahas gencatan senjata di Ukraina. Secara historis, ketegangan geopolitik dan suku bunga rendah menjadi faktor pendorong kenaikan permintaan emas sebagai aset safe haven.

Meski tertekan jangka pendek, sejumlah analis melihat tren emas tetap positif. Analis ANZ menilai risiko makroekonomi dan geopolitik bisa meningkat pada paruh kedua 2025.
“Prospek bullish emas tetap terjaga, didukung oleh potensi kenaikan tarif, perlambatan ekonomi global, pelonggaran kebijakan moneter AS, dan pelemahan berkelanjutan dolar AS,” tulis ANZ dalam catatannya.

Senada, Analis Senior Logam Mulia CRU, Kiril Kirilenko, menilai emas belum kehilangan momentum reli, melainkan sedang memasuki fase konsolidasi.
“Emas bahkan berpotensi menguji kembali rekor tertinggi 3.500 dollar AS per ons pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. Pemangkasan suku bunga akan menjadi pemicu utama kembali terjadi reli emas,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, sebelumnya menegaskan tidak melihat urgensi pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada September. Pelaku pasar kini lebih condong memperkirakan pemangkasan bertahap, yakni 25 basis poin pada September diikuti penurunan lagi pada Oktober.

BACA JUGA  BGN Kerahkan 5.000 Chef Profesional ke Dapur MBG untuk Latih Petugas SPPG se-Indonesia

Sebagai aset lindung nilai, emas kerap diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah. Suku bunga tinggi membuat emas kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil dibanding obligasi maupun saham. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, investor cenderung beralih ke emas yang dianggap lebih aman.

Dengan kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik yang kian dinamis, arah harga emas ke depan masih bergantung pada kebijakan The Fed dan perkembangan konflik di Ukraina.

(*/rel)

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses