spot_img
spot_img

Guru, Cahaya yang Tak Padam: Kritik Sastra atas “The Beloved Teachers” Karya Leni Marlina

Penyair Leni Marlina (kiri Yurnaldi) setelah serahkan buku kumpulan puisi karyanya kepada sastrawan Yurnaldi. (Foto Ist) 

Oleh YURNALDI, Sastrawan Indonesia Peraih Penghargaan Apresiasi 40 Tahun Berkarya Tahun 2025 dan Pemred Alinianews.com

KARYA sastra sering kali menjadi ruang paling intim untuk menyimpan penghormatan, terutama kepada mereka yang telah menyalakan pelita pengetahuan dalam hidup kita. Dalam kumpulan puisi The Beloved Teachers (2025), Leni Marlina menyajikan persembahan puitis yang tulus kepada para guru. Tidak sekadar penghormatan, buku ini merupakan perayaan lintas bahasa—bahasa Indonesia dan Inggris—yang memadukan keindahan diksi dengan pesan universal tentang makna mendidik.

Iklan

Guru dalam Bingkai Puitis

Dalam dunia Leni Marlina, dosen UNP yang juga sastrawan ini, guru adalah sosok arsitek masa depan yang bekerja dalam senyap. Ia bukan hanya pengajar, tetapi pembentuk karakter, penjaga nilai moral, dan penyemai kasih sayang. Beberapa puisi seperti Guru yang Dicinta dan Dirindu membangun citra guru sebagai cahaya di tengah kegelapan, bintang penunjuk arah yang tetap memancarkan sinar meski sang guru telah tiada.

Metafora cahaya–gelap yang berulang memang memperkuat kesan heroik, namun terkadang cenderung aman secara emosional. Ruang untuk menghadirkan potret guru dengan segala dilema dan kontradiksinya—misalnya beban birokrasi, pergulatan batin, atau kegagalan dalam mengajar—masih terbuka lebar.

Bahasa, Imaji, dan Bilingualisme

Salah satu kekuatan buku ini terletak pada format bilingual. Setiap puisi hadir berdampingan dalam bahasa Indonesia dan Inggris, memberikan dua keuntungan sekaligus: memperluas jangkauan pembaca dan menjadi media pertukaran budaya. Terjemahan yang dilakukan menjaga inti makna, meski pada beberapa bagian kehilangan nuansa lirih bahasa sumber.

Secara imajis, Leni yang peraih Penghargaan Anggota SatuPena Sumatera Barat Berprestasi tahun2025 ini, banyak meminjam citra alam—bintang, cahaya, badai—untuk melukiskan peran guru. Simbolisme ini indah namun repetitif. Akan lebih segar jika dunia pendidikan itu sendiri (papan tulis, suara bel, bau kapur) diolah menjadi metafora, sehingga pembaca dapat merasakan kedekatan yang lebih konkret.IMG 20250821 115358

Leni Marlina serahkan buku puisi kepada Bunda Literasi Sumatera Barat, Haneli Mahyeldi. (Foto Ist) 

Nada dan Struktur

Nada dominan yang muncul adalah syukur, penghormatan, dan kerinduan. Puisi-puisi dibangun dalam alur naratif-liris, bergerak dari kenangan menuju refleksi. Meski puitis, nyaris tak ada puisi yang menghadirkan nada kritis atau kontemplatif tajam terhadap realitas pendidikan hari ini. Padahal, menyisipkan perspektif murid yang memberontak atau mengisahkan guru yang gagal akan memperkaya dimensi emosional buku ini.

Nilai Kultural dan Sosial

Konteks Indonesia hadir kuat. Guru digambarkan sebagai penyampai budaya, pemupuk rasa kebangsaan, dan penjaga identitas lokal. Di tengah zaman yang menggeser posisi guru di mata murid, puisi-puisi ini mengembalikan martabat “pahlawan tanpa tanda jasa” ke panggung utama.

Sebagai karya sastra, buku ini juga berfungsi sebagai media edukasi dan kampanye moral. Dengan format bilingual, ia dapat diakses pembaca internasional sekaligus memperkenalkan wajah pendidikan Indonesia kepada dunia.

IMG 20250809 WA0036

Kesimpulan

The Beloved Teachers adalah karya yang tulus, penuh kasih, dan sarat pesan moral. Leni Marlina berhasil menyajikan potret guru yang konsisten sebagai sumber cahaya, walau masih ada ruang untuk memperluas spektrum emosi dan perspektif. Kekuatan utama buku ini ada pada kemampuannya mengikat pembaca secara personal—mengundang kita untuk mengenang guru yang pernah membentuk hidup kita—serta menjadikannya jembatan lintas bahasa dan budaya.

IMG 20250821 WA00241

Cover Buku Antologi Puisi Tunggal “The Beloved Teachers” Karya Leni Marlina. Buku ini adalah salah satu buku yang diikutsertakan dalam acara Launching Buku yang dilaksanakan oleh Penyala Literasi Sumbar di Aula Gubernur Sumbar tanggal 25 Agustus 2025.

Sebagaimana cahaya lilin yang tetap menyala di tengah malam, puisi-puisi ini adalah pengingat bahwa peran guru tak pernah padam. Mereka hidup di setiap kata yang kita ucapkan, di setiap langkah yang kita ambil, dan di setiap mimpi yang berani kita kejar.

The Beloved Teachers adalah persembahan puitis yang tulus, sarat penghargaan, dan memiliki fungsi kultural sekaligus edukatif. Leni Marlina berhasil menghadirkan sosok guru sebagai cahaya yang tak padam, meski ada ruang untuk eksplorasi dimensi yang lebih kompleks dan berlapis. Sebagai karya bilingual, buku ini tidak hanya memuliakan profesi guru, tetapi juga menjadi jembatan budaya dan bahasa yang berharga.

Padang, 21 Agustus 2025.

 

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses