ALINIANEWS.COM — Berita ALINIANEWS.com hari ini tentang dugaan korupsi dana haji yang diperkirakan Rp1 triliun menarik untuk kita cermati. Sulit mencari kata yang lebih tepat untuk menggambarkan dugaan korupsi dana haji ini selain pengkhianatan spiritual.
Uang yang dikumpulkan dari keringat jutaan calon jemaah, yang menabung bertahun-tahun demi memenuhi panggilan Allah, justru diduga dijadikan bancakan oleh mereka yang diberi amanah mengelolanya.
Kita sedang berbicara tentang dana umat—bukan dana hibah pemerintah, bukan anggaran politik. Setiap rupiah yang raib berarti semakin jauh harapan seorang ibu dari kampung untuk menginjakkan kaki di Tanah Suci. Setiap rupiah yang diselewengkan berarti menambah beban seorang bapak yang menjual sawah demi mendaftar haji.
Modus yang dibongkar KPK ini memperlihatkan betapa rapuhnya moral di puncak birokrasi haji. Penentuan kuota, pengelolaan dana di BPKH, hingga distribusi ke Kemenag dan agen travel, semuanya punya celah yang bisa dimanfaatkan. Dan kali ini, celah itu diduga menjadi lubang hitam yang menelan lebih dari Rp 1 triliun uang umat.
Kementerian Agama dan BPKH tidak bisa lagi berlindung di balik alasan teknis atau prosedural. Mereka memegang kunci amanah, dan jika kunci itu digunakan untuk membuka brankas demi kepentingan pribadi atau kelompok, maka dosa mereka bukan hanya di mata hukum, tetapi juga di hadapan Tuhan.
Kasus ini bukan sekadar perkara hukum—ini krisis moral bangsa. Publik masih ingat, bukan sekali ini dana haji tercoreng oleh korupsi. Setiap kali kasus muncul, kita marah, kecewa, lalu lupa. Siklus ini harus diakhiri. KPK harus bergerak tanpa pandang bulu, menetapkan tersangka secepatnya, dan membawa semua pelaku ke pengadilan, entah ia pejabat aktif, mantan menteri, atau pihak swasta yang ikut menjarah.
Kita harus memastikan, uang umat kembali, dan sistem diperbaiki. Jika tidak, kita hanya akan menunggu waktu hingga luka lama ini dibuka lagi oleh generasi koruptor berikutnya.
Mengkhianati amanah rakyat adalah dosa. Mengkhianati amanah umat untuk beribadah adalah dosa yang tak terhapus oleh air zamzam.(YURNALDI)