Stadium Generale mewujudkan kesejahteraan dosen Indonesia.
PAYAKUMBUH, ALINIANEWS.COM –Kesejahteraan dosen bukan sekedar isu internal Perguruan Tinggi, melainkan bagian dari perjuangan panjang dalam menciptakan keadilan sosial melalui kebijakan publik.
Melalui Stadium Generale dengan tema “Mewujudkan Kesejahteraan Dosen Indonesia: Peran Kebijakan Publik dari Ruang Kampus” Akademisi diingatkan agar berkontribusi bagi dosen muda dan senior, hal ini sangat dibutuhkan dalam mendorong perubahan nyata untuk dunia Pendidikan Tinggi yang lebih adil.
Hal itu mengemuka dalam Stadium Generale, (1/8/ 2025) di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP). Hadir tokoh-tokoh penting dalam perjuangan kesejahteraan dosen, antara Lain Ketua Panitia sekaligus Ketua DPC Asosiasi Dosen Akademik dan Vokasi Indonesia (ADAKSI) PPNP Synthia Ona Guserike Afner, SP, M.P.
Dalam sambutannya Synthia mengatakan, Perjuangan belum usai. Kita harus terus menyuarakan dan memberikan dukungan nyata untuk kesejahteraan dosen di Indonesia. “Hal ini bukan hanya perjuangan satu golongan, tapi perjuangan bersama seluruh pendidik bagi pencerdasan anak bangsa,” katanya.
Perwakilan PPNP, Prof. Dr. Edi Syafri, ST, M.Si mengatakan, Pentingnya peningkatan kualitas dosen, khususnya dosen muda. Peningkatan kompetensi dosen harus berjalan seiring dengan perbaikan kesejahteraan.
Edi Syafri menambahkan, Kualitas pendidikan tidak akan maksimal jika dosen tidak mendapat perlindungan dan pengakuan yang layak. “Sudah saatnya kita serius mengawal ini dari ruang kampus,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Dosen Akademik dan Vokasi Indonesia (ADAKSI) sebagai narasumber Dr. Fatimah mengatakan, Perjalanan panjang perjuangan tunjangan kinerja (Tukin) dosen sejak tahun 2020 hingga 2025. Hasil yang diperoleh saat ini adalah buah dari konsistensi advokasi dan kerja kolektif seluruh dosen di Indonesia.
Fatimah menambahkan, tanpa tekanan kolektif dan data yang kuat, kebijakan tak akan berpihak.
Wakil Ketua Umum ADAKSI, Anggun Gunawan, MA mengatakan, organisasi setiap waktu akan mengawal berbagai kebijakan yang berhubungan dengan dosen. Kemudian pentingnya solidaritas antar kampus dan peran aktif dosen dalam menyuarakan hak-haknya.
“Kami di ADAKSI tidak hanya mengadvokasi, tapi juga membangun kesadaran dan kapasitas dosen agar dapat bernegosiasi dan berdiri sejajar dalam proses pembuatan kebijakan,” jela Anggun.
Ketua DPW ADAKSI Sumatera Barat, Aryoni Ananta, S.Ds., M.Sn mengatakan, menguatkan semangat pada acara tersebut, hadir pula perwakilan dari DPW ADAKSI Wilayah Sumatera Barat, DPC ADAKSI LLDIKTI Wilayah X, dan DPC ADAKSI ISI Padang Panjang, ini membuktikan gerakan ini telah melampaui batas institusi. Berbagai mitra dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) turut hadir dan mendukung suksesnya acara, seperti Batik Kalincuang, Kelompok Wirausaha Harba Zumfakeya, Pusat Pelatihan Keterampilan Profesional Kompeten serta penggerak ekosistem keilmuan seperti Green Engineering Society, Harau Insight, Markaz Cyber Syariah, dan dari mitra UMKM Dangau Abak.
“Kolaborasi ini menegaskan bahwa perjuangan dosen juga didukung penuh oleh ekosistem masyarakat produktif, ” paparnya. (SUL)