ALINIANEWS. COM, PADANGPANJANG — Komunitas Seni Kuflet menggelar diskusi bertajuk “Warna dan Mood dari Film” di Sekretariat Komunitas Seni Kuflet. Pemateri Muhammad Daffa Al Fathir dan dimoderatori Hafizd.
Narasumber Muhammad Daffa Al Fathir mengatakan, Warna dalam film memiliki makna yang dapat mempengaruhi suasana hati dan persepsi penonton. Warna dalam film bukanlah sekadar elemen estetika. Namun merupakan bahasa visual yang kaya, dan mampu membuat emosi penonton dan memperkuat narasi.
Lebih dari sekadar latar belakang visual, warna berfungsi sebagai alat naratif yang ampuh, menyampaikan suasana hati, membangun karakter, dan memandu persepsi penonton terhadap cerita yang terungkap di layar. Penggunaan warna yang terencana dan terampil dapat mengangkat sebuah film dari sekadar tontonan biasa menjadi pengalaman sinematik yang mendalam dan berkesan.
Demikian dikatakan oleh Muhammad Daffa Fathir pada diskusi film yang digelar Komunitas Seni Kulit di Padangpanjang, Sumatera Barat, Sabtu (15/3/25) .
“Contoh Warna-warna hangat, seperti merah, oranye, dan kuning, seringkali dikaitkan dengan kegembiraan. Merah, khususnya, dapat memicu perasaan kuat, mulai dari cinta dan gairah hingga bahaya dan kekerasan, bergantung pada konteksnya. Oranye, dengan nuansa kehangatannya, sering digunakan untuk menciptakan suasana yang ceria dan optimis, sementara kuning dapat melambangkan kecerdasan, harapan, atau bahkan peringatan, “katanya.
Fathir menjelaskan, kqalau penggunaan warna-warna hangat ini dapat menciptakan suasana yang meriah, penuh energi, atau bahkan menegangkan, bergantung pada bagaimana warna tersebut dipadukan dan digunakan dalam adegan.
Sebaliknya, warna-warna dingin, seperti biru, hijau, dan ungu, cenderung memunculkan perasaan ketenangan, kesedihan, atau misteri. Warna-warna netral, seperti hitam, putih, dan abu-abu, juga memainkan suasana hati dan persepsi penonton. Hitam, dengan nuansa kegelapan dan misterinya, sering digunakan untuk menciptakan suasana yang dramatis, menegangkan, atau bahkan menyeramkan. Putih, sebaliknya, dapat melambangkan kesucian, kesederhanaan, atau bahkan ketidakpastian. Abu-abu, dengan nuansa netralnya, dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang membosankan, monoton, atau bahkan realistis.
Penggunaan warna-warna netral ini dapat menciptakan suasana yang beragam, mulai dari yang dramatis hingga yang realistis, bergantung pada konteks penggunaannya.
Peserta diskusi Siti Nuratikah mempertanyakan mengapa film horor sering menggunakan adegan gelap? “Bukankah hal itu dapat menghilangkan mimik wajah para pemain, ” ujar aktor handal Kuflet itu.
Menjawab hal itu, Fathir mengatakan, penggunaan gelap atau terang dalam film horor bergantung pada visi sutradara dan pesan yang ingin disampaikan. Meskipun ada adegan gelap, hal tersebut telah dipertimbangkan. Jadi, sebelum penayangan, kritik dan saran dari penonton sangat dihargai. Umpan balik negatif dapat menjadi pendorong bagi kru film untuk menghasilkan karya yang lebih baik di masa mendatang.
Peserta diskusi Faruq mengungkapkan,
Materi kali ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan seputar dunia audio visual. Apalagi membahas
tentang penentuan warna dan mood pada sebuah film. (*/Rani)