ALINIANEWS.COM (Jakarta) – Startup kecerdasan buatan asal Tiongkok, DeepSeek, telah mengejutkan dunia dengan peluncuran model AI terbarunya, DeepSeek-R1. Model ini tidak hanya lebih canggih, tetapi juga jauh lebih murah dibandingkan pesaingnya dari Amerika Serikat, seperti OpenAI. Dalam waktu singkat, DeepSeek-R1 berhasil mendominasi peringkat aplikasi AI di Amerika, menggeser ChatGPT dari puncak App Store.
Keunggulan utama DeepSeek-R1 terletak pada efisiensinya. Dengan menerapkan teknik “mixture of experts”, model ini hanya mengaktifkan sumber daya yang diperlukan untuk tugas tertentu, sehingga lebih hemat energi dan biaya.
Pendekatan inovatif ini menantang dominasi perusahaan-perusahaan teknologi besar AS dan berpotensi merevolusi pengembangan AI secara global. “Model ini benar-benar menunjukkan bagaimana AI dapat dikembangkan dengan biaya lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas,” ujar seorang insinyur DeepSeek dilansir dari The Guardian.
Namun, kesuksesan DeepSeek-R1 juga menimbulkan gejolak di pasar saham. Saham perusahaan teknologi besar seperti Nvidia anjlok, dengan total nilai pasar yang hilang mencapai $593 miliar dalam sehari. Para investor panik terhadap kemungkinan bahwa inovasi AI dari Tiongkok akan menggeser dominasi perusahaan AS. “Ini adalah tanda bahaya bagi industri teknologi Barat,” kata seorang analis pasar dari Wall Street.

Meski demikian, beberapa ahli menilai reaksi pasar terlalu berlebihan. Yann LeCun, kepala ilmuwan AI di Meta, menegaskan bahwa investasi besar dalam AI lebih berfokus pada proses inferensi ketimbang pelatihan model.
“Orang-orang lupa bahwa biaya utama dalam AI bukan hanya pelatihan, tetapi juga inferensi, yang bisa jauh lebih mahal,” jelasnya. Ia juga menekankan bahwa seiring dengan berkembangnya teknologi, biaya inferensi AI akan terus meningkat dikutip dari Business Insider
Di sisi lain, para ekonom memperingatkan potensi dampak dari fenomena “paradoks Jevons”—di mana efisiensi teknologi yang meningkat justru dapat menyebabkan lonjakan permintaan energi. Meskipun DeepSeek-R1 lebih hemat daya, penggunaan besar-besaran model ini bisa memperburuk defisit energi global dalam jangka panjang.
“Kami harus mempertimbangkan konsekuensi dari peningkatan efisiensi ini. Permintaan daya bisa meningkat secara signifikan,” ujar seorang peneliti energi saat wawancara dengan MarketWatch
Dengan gebrakan teknologi yang luar biasa ini, DeepSeek bukan hanya membuktikan keunggulan AI buatan Tiongkok, tetapi juga memicu perdebatan besar tentang masa depan industri kecerdasan buatan dan keseimbangan ekonomi global.