spot_img
spot_img

ANALISIS BERITA: Delapan Alarm Ekonomi Menyala: Saatnya Pemerintah Turun Tangan

 

ALINIANEWS.COM — Indonesia tengah dihadapkan pada realitas ekonomi yang tak bisa lagi disangkal. Delapan indikator utama memperlihatkan gejala perlambatan yang sistemik dan saling berkait. Ini bukan sekadar anomali statistik atau gangguan sesaat, tetapi alarm keras bahwa fondasi pertumbuhan ekonomi nasional sedang terguncang.

PMI manufaktur yang selama empat bulan berturut-turut berada di zona kontraksi mengisyaratkan bahwa sektor produksi—yang selama ini menjadi penopang utama lapangan kerja—sedang terseok-seok. Di sisi lain, lonjakan PHK menunjukkan rapuhnya daya tahan industri, sementara konsumsi rumah tangga mulai kehilangan tenaga akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap masa depan penghasilan.

Iklan

Lebih dari sekadar angka-angka, ini adalah potret nyata kegamangan ekonomi rakyat. Ketika masyarakat mulai menahan konsumsi, menunda pembelian rumah, kendaraan, hingga memilih menyimpan uang daripada membelanjakannya, itu adalah sinyal kuat bahwa optimisme telah merosot. Di sinilah letak bahaya yang lebih besar: krisis keyakinan terhadap arah ekonomi.

Ironisnya, tekanan inflasi bukan datang dari lonjakan permintaan, melainkan dari gangguan pasokan akibat cuaca ekstrem dan disrupsi distribusi pangan. Kita tidak menghadapi ekonomi yang panas, melainkan ekonomi yang dingin, lesu, dan rapuh.

Situasi ini menuntut respons yang cepat dan tegas dari pemerintah. Tidak cukup dengan pidato yang meyakinkan atau konferensi pers yang penuh jargon. Yang dibutuhkan adalah langkah nyata dan terukur: stimulus fiskal yang langsung menyentuh rumah tangga dan sektor usaha kecil, insentif bagi industri manufaktur, serta kepastian dalam regulasi dan arah kebijakan.

BACA JUGA  KPK: 57% Pegawai Masih Lihat Pejabat Salahgunakan Anggaran Kantor untuk Kepentingan Pribadi

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan juga tak bisa hanya menjadi penonton statistik. Dunia usaha dan masyarakat membutuhkan dukungan kebijakan yang memberi ruang gerak, bukan sekadar pengawasan yang hati-hati. Ketika bank mulai menahan penyaluran kredit dan masyarakat enggan berutang, maka pertumbuhan akan terhenti di tengah jalan.

Krisis kepercayaan adalah krisis paling senyap tapi paling dalam. Jika tidak segera dipulihkan, dampaknya akan meluas ke sektor sosial dan bahkan politik. Maka, jangan anggap remeh delapan alarm ekonomi yang menyala ini. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, kita tidak hanya kehilangan momentum pertumbuhan, tetapi juga kehilangan arah.

Inilah saatnya pemerintah turun tangan, bukan sekadar turun bicara. (YURNALDI) 

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses