spot_img
spot_img

EDITORIAL: Surplus Beras, tetapi Tersandera Permainan “Serakahnomics”

ALINIANEWS.COM — Pemerintah patut berbangga: cadangan beras nasional mencapai lebih dari 4 juta ton—tertinggi sepanjang sejarah, sebagaimana diberitakan alinianews.com, Jumat (15/8/2025). Petani tersenyum, gudang penuh, dan untuk pertama kali dalam puluhan tahun, Indonesia kembali bisa mengekspor beras dan jagung. Sebuah pencapaian yang patut diacungkan jempol.

Namun, angka surplus di atas kertas belum tentu seindah kenyataan di pasar. Di balik kabar manis, masih mengintai wajah pahit: mafia pangan. Kasus beras oplosan senilai lebih dari Rp1 triliun yang mencoreng pasar dalam negeri adalah bukti bahwa kelimpahan produksi tidak otomatis berarti keamanan pangan.

Kita sudah belajar dari kelangkaan minyak goreng: melimpah di kebun, langka di dapur. Ironisnya, negara produsen terbesar pun bisa tersandera oleh permainan “serakahnomics” segelintir penguasa jalur distribusi.

Iklan

Jika surplus ini hanya berhenti sebagai prestasi statistik tanpa pengawasan distribusi yang ketat, maka rakyat tetap bisa mengalami paceklik di meja makan. Surplus di hulu akan menjadi semu, sebab di hilir rakyat tetap membeli beras mahal—bahkan terancam membeli beras oplosan yang merugikan dan membahayakan.

prabowo

Prestasi besar harus dibarengi ketegasan besar. Pemerintah wajib memastikan setiap kilogram beras surplus ini aman dari manipulasi, bersih dari kecurangan, dan benar-benar mengalir sampai ke piring rakyat, bukan masuk ke kantong mafia. (YURNALDI)

BACA JUGA  Zahira Memohon: “Jangan Pisahkan Aku dari Mama” — Kisah Nur Amira, Perempuan Tanpa Kewarganegaraan di Sumatera Barat
spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses