Foto: Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto di rumah duka Prada Lucky di Asrama TNI Kuanino, Kota Kupang, NTT, Senin (11/8/2025).
JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Kasus kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo mengguncang Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 20 anggota TNI dari Batalyon Teritorial Pembangunan (TP) 834 Wakanga Mere, Nagekeo, resmi ditetapkan sebagai tersangka. Salah satunya bahkan berstatus perwira.

“Seluruhnya 20 tersangka yang ditetapkan dan sudah ditahan. Kemudian akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan selanjutnya,” ujar Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto di rumah duka Prada Lucky, Asrama TNI Kuanino, Kota Kupang, Senin (11/8/2025).
Budyakto menegaskan, seluruh tersangka telah diperiksa oleh Polisi Militer dan Pomdam IX/Udayana, dan kini dibawa ke Kupang untuk menjalani proses hukum.
“Laporan saat ini semuanya sudah ditangani dan dilakukan pemeriksaan, tetapi ditunda dalam artian masih menunggu proses rekonstruksi yang akan dilakukan,” jelasnya.
Meski membenarkan ada seorang perwira di antara tersangka, Budyakto belum membuka identitasnya.
“Nanti oleh penyidik yang menyampaikan dan selanjutnya proses ini akan segera saya sampaikan kepada pimpinan,” pungkasnya.
Di balik proses hukum yang bergulir, keluarga mengungkap kisah memilukan. Novilda Lusiana Hetinina Namo, kakak kandung Prada Lucky, bercerita bahwa adiknya telah lama menjadi korban kekerasan para senior. Bahkan, sebulan sebelum tewas, Lucky sempat menelepon Lusi untuk curhat.
“Dia cerita saya satu kalimat, dia curhat sekitar bulan lalu. Melalui telepon,” tutur Lusi, dikutip dari Kompas TV.
“Dia bilang ‘Lusi saya ada sakit’. Saya bilang ‘Su minum obat?’. Dia bilang ‘Belum Lusi, saya masih kerja’.”
Lucky juga mengaku kerap dipukul, bahkan setiap pergantian piket. Alasannya?
“‘Senior pikir saya capek kerja’,” kata Lusi menirukan ucapan sang adik.
Sebagai prajurit yang bertugas di dapur, Lucky terbiasa bangun pukul 03.00 WITA untuk menyiapkan makanan. Rutinitas itu membuatnya sering kelelahan.
“Dia bilang bangun jam 03.00 Wita. Pasti drop juga, saya bilang ‘ke rumah sakit dulu atau ke kesehatan di Batalyon’. Dia bilang ‘Iya Lusi nanti saya pergi’,” kenang Lusi.
Menurut Lusi, adiknya jarang mengeluh soal kesulitan hidup di barak.
“Dia anaknya tidak banyak omong, kebanyakan dia simpan keluh kesah sendiri. Tapi waktu itu mungkin dia tidak tahan jadi curhat saya,” ujarnya.
Namun, ketika Lusi menyampaikan keluhan Lucky kepada sang ibu, sang prajurit muda justru sempat marah.
“Dia sempat marah saya karena kasih tau mamah. Katanya nanti mamah banyak pikiran. Habis itu dia tidak cerita saya lagi,” ungkapnya.
Lusi juga membantah tegas rumor yang beredar bahwa adiknya menjadi korban kekerasan karena penyimpangan seksual dengan prajurit lain.
“Yang saya kenal, saya punya adik dari kecil sampai sekarang, dia punya pergaulan itu normal. Pergaulannya luas, malah lebih dari saya,” tegasnya.
Prada Lucky menghembuskan napas terakhir di RSUD Aeramo, Rabu (6/8/2025), setelah diduga mengalami penganiayaan brutal oleh para seniornya. Kini, publik menanti proses hukum yang dijanjikan transparan oleh TNI, agar nyawa prajurit muda itu tidak hilang sia-sia.
Kalau mau, saya bisa buatkan juga versi lead berita yang sangat emosional dan memancing empati pembaca untuk menarik perhatian sejak paragraf pertama. Itu akan membuat berita ini jauh lebih “menggigit” dan viral dibaca.
(*/rel)




