spot_img
spot_img

Iran Putus Kerja Sama Nuklir dengan PBB, AS Murka: “Tidak Dapat Diterima!”

ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat foto: istock

JAKARTA, ALINIANEWS.COM — Ketegangan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran kembali memuncak. Pemerintah AS mengecam keras keputusan Iran yang menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), setelah serangan udara yang diduga dilancarkan oleh Israel dan AS sendiri menghantam tiga fasilitas nuklir Iran pada 21-22 Juni 2025.

Langkah Iran untuk keluar dari pengawasan IAEA diumumkan secara resmi pada Rabu (2/7). Keputusan itu sontak mengundang respons tajam dari Washington.

Iklan

“Kami akan menggunakan kata tidak dapat diterima, bahwa Iran memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada saat ia memiliki kesempatan untuk membalikkan arah dan memilih jalan perdamaian dan kemakmuran,” tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS Tammy Bruce dalam konferensi pers di Washington, Kamis (3/7), sebagaimana dilansir AFP.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian diketahui telah menandatangani undang-undang yang secara langsung menangguhkan akses para inspektur IAEA ke berbagai fasilitas nuklir di Iran. Alasannya, untuk menunggu jaminan keamanan atas fasilitas nuklir serta para ilmuwan Iran, menyusul serangan udara brutal pada akhir Juni.

Langkah ini tidak hanya memperdalam krisis diplomatik, tetapi juga berpotensi melumpuhkan pengawasan global terhadap program nuklir Iran yang dikabarkan telah memperkaya uranium hingga mendekati tingkat senjata.

Washington dengan lantang menegaskan tidak akan tinggal diam. Presiden AS Donald Trump bahkan memperingatkan akan adanya serangan udara tambahan jika Iran terus mencoba mengembangkan senjata nuklir.

BACA JUGA  Di Balik Kesepakatan Dagang, Ada Transfer Data Pribadi ke Pihak AS

Sementara Iran terus membantah tuduhan bahwa mereka mengejar senjata atom, AS bersikeras bahwa dunia tidak boleh memberi ruang untuk keraguan. Bruce menekankan bahwa Iran harus segera tunduk pada protokol pengawasan internasional.

“Iran harus bekerja sama tanpa penundaan dengan IAEA,” kata Bruce. Ia mendesak Teheran untuk menyerahkan “informasi yang diperlukan untuk mengklarifikasi dan menyelesaikan pertanyaan lama mengenai material nuklir yang tidak dideklarasikan di Iran, serta memberikan akses tanpa batas ke fasilitas pengayaan yang baru diumumkan.”

Dengan nada tegas, ia menutup pernyataannya: “Iran tidak dapat dan tidak akan memiliki senjata nuklir.”

Keputusan Iran untuk memblokir pengawasan IAEA dipandang sebagai langkah ekstrem yang dapat memicu babak baru konflik di kawasan. Apalagi, keberanian Iran ini muncul justru setelah serangan militer terhadap infrastruktur vitalnya.

Dunia kini menahan napas, menyaksikan dua kekuatan besar saling mengancam dalam bayang-bayang potensi perang nuklir. Apakah diplomasi akan kembali menemukan jalannya, atau justru bara ini akan meledak menjadi kobaran api perang? (*/rel)

spot_img

Latest news

- Advertisement -spot_img

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses