(Foto; AA)
JAKARTA, ALINIANEWS.COM – Elon musk akan menghentikan pengeluaran politiknya untuk sementara waktu. Pendiri dan CEO Tesla yang juga merupakan orang yang menjadi pendonor utama untuk Donal Trump di Pemilu 2024 itu merasa untuk saat ini harus rem pengeluaran besar untuk politik.
Sebelumnya, Elon Musk adalah kunci utama bagi Donal Trump memenangkan pemilu di Amerika Serikat. Orang terkaya di dunia itu menjadi donatur terbesar selama Pemilu 2024 . ia berkontribusi dalam kampanye kelompok pendukung calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mengeluarkan dana sejumlah US$ 75 juta (Rp 1,1 triliun) di Pilpres AS.

Setelah “sadar” menghabiskan dana fantastis selama pemilu 2024 demi membantu tim kampanye Trump, Musk mengaku akan mengurangi keterlibatan dalam politik Negeri Paman Sam, terutama sebagai donatur.
“Dalam hal pengeluaran politik, saya akan jauh menguranginya ke depan,” kata Musk dalam wawancara bersama Mishal Husain dari Bloomberg dalam Forum Ekonomi Qatar pada Selasa (21/5).
“Saya rasa saya sudah cukup berkontribusi,” tambah Musk.
“Tapi kalau nanti saya merasa ada alasan untuk kembali terlibat secara finansial dalam politik, saya akan lakukan. Untuk saat ini, saya belum melihat alasannya,” ucapnya.
Miliarder superkaya yang mengepalai lini-lini bisnis teknologi tercanggih di dunia itu kemudian diangkat sebagai penasihat terpercaya Donald Trump tak lama setelah Trump dilantik sebagap presiden AS pada 20 Januari 2025.
Trump membentuk departemen baru untuk sepak terjang bos Tesla, SpaceX, dan media sosial X dalam membantu pemerintahannya, yakni Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). hal itu dilakukan Trump karena sumbang sih dari Musk yang besar terhadap proses politiknya.
Kekuasaan departemen ini sangat luas karena bisa memangkas anggaran dan sumber daya lembaga-lembaga pemerintahan di AS.
Musk bisa dengan bebas mengakses informasi yang paling rahasia sekalipun.
Sejumlah kalangan mengkhawatirkan keistimewaan yang dilekatkan kepada Musk, yang mendapatkan jabatan bukan sebagai hasil pemilu, melainkan dari penunjukan politik.
Sorotan terhadap Musk semakin mengemuka ketika media massa AS menyingkapkan fakta bahwa Musk telah dibriefing oleh Departemen Pertahanan mengenai skenario perang antara AS dan China.
Informasi itu pertama kali diungkapkan oleh New York Times, dan kemudian menjadi kabar menghebohkan di AS.
Sejumlah kalangan di AS khawatir briefing skenario perang AS-China itu membahayakan kepentingan AS mengingat Musk memiliki benturan kepentingan karena dia memiliki kepentingan bisnis yang besar di China.
Melansir dari CNBC, Pendiri dan CEO Tesla, Elon Musk masih menjadi orang terkaya di dunia versi Forbes. Total kekayaannya mencapai US$218 miliar. Namun Dalam sebulan terakhir harta kekayaan Elon Musk telah turun US$49 miliar atau setara Rp 715 triliun (asumsi Rp 14.600/US$), Senin (23/5/2022).
Dengan sepak terjang dan kontribusi Elon Musk pada perpolitikan dengan modal atau biaya yang tidak sedikit, membuat musk memilih untuk menahan dirinya untuk mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk sementara waktu. Hal itu dilansir dari 20detik.com
“saya sudah melakukanya terlalu banyak, untuk saat ini saya akan mengerem pengeluaran keuangan” ucap Musk. (CNN/CHL)