ALINIANEWS.COM (Lubuk Sikaping, Pasaman) – Pelaku, pegiat, dan penikmat seni-budaya di Pasaman kembali menggelar program Bareh Ganggam dalam bentuk Bincang Karya pada Minggu sore, 29 Desember 2024.
“Tujuan utama progam Bareh Ganggam adalah sebagai siasat silaturahim terjadwal antar komunitas/sanggar/kelompok seni-budaya dan upaya pembiasaan apresiasi karya putra/putri Pasaman” jelas Arbi Tanjung, salah satu dari lima inisiator.
“Harapannya,kegiatan bincang karya ini mampu menciptakan kebiasaan apresiasi terhadap karya,” lanjut Arbi.
Sejak digelar perdana pada 3 November 2024, kegiatan ini rutin digelar dua minggu sekali. Tuan rumah ditunjuk secara bergilir. Salah seorang ditunjuk sebagai pemantik, sedangkan pekarya didapuk sebagai pembicara. Pelaku/pegiat/penikmat seni-budaya yang terlibat membincangkan karya tari, musik, sastra, teater, film, fotografi, kriya, dan rupa produksi putra-putri Pasaman.
“Kami senang ditunjuk sebagai tuan rumah,” ungkap Farin Nur Syifa (15 tahun), pendiri dan pengelola Gen Z Book House.
Komunitas yang dibentuk sebagai ruang kreativitas dan ekspresi generasi Z di Pasaman. Gen Z Book House aktif mengikuti berbagai kegiatan seni-budaya, termasuk berpartisipasi dalam program Bareh Ganggam.
“Fun Box” itu judul karya yang mereka bincangkan pada pertemuan keempat program Bareh Ganggam ini. Sebuah pertunjukkan kolaborasi antara pantomim dan beat box karya Rizki Kurniawan dan Muhammad Ilham Akbar.
“Kotak Kesenangan, begitu kira-kira arti sederhana dari judul karya kami,” terang Rizki Kurniawan, pendiri Komunitas Suaro Talago-Lubuksikaping. Mengungkap tentang keresahan seorang pelaku/pegiat yang selama ini hanya bergiat/berkarya secara sendiri-sendiri tanpa peduli bagaimana apresiasi pihak luar atas karya dan kegiatannya.
“Pokoknya kami berkarya dan bergiat saja,” lanjutnya.
Hingga pada satu titik si pelaku merasa terkurung dalam kotak sempit sebab ia melakukan aktivitasnya sendirian tanpa orang lain. Ia berusaha keluar dari kotak tersebut. Berbagai cara telah ditempuh, akhirnya ia menemukan seutas tali yang menjulur dari atas kepalanya. Ia bergantung pada tali tersebut, sekuat mungkin beruasaha keluar dari kotak sempit. Akhirnya ia berhasil keluar. Di luar, ia menemukan dan berinteraksi dengan orang lain (sesama pelaku). Ia merasa hal itu mendatang kesenangan lain baginya.
“Tali itu simbol dari orang-orang yang membantu kami dalam berkarya/bergiat,” ungkap Rizki yang sehari-hari berprofesi sebagai kepala sekolah.
“Beat box dan pantomim, pertunjukan yang tidak familiar bagi kita di Pasaman,” tutur Muhammad Ilham Akbar. “Keduanya seakan asing, di sini,” keluh Ilham.
Bincang karya “Fun Box” tersebut dihadiri oleh Komunitas Talang Barueh, Sanggar Seni Intan Baludu, Sanggar Ranah Saiyo, Sanggar Siprabu, Komunitas Suaro Talago, Sanggar Limbago Papeh Sakato, SSS Beta Galery, dan Pasaman Boekoe Indonesia.
Pada sesi tanya jawab, pernyataan atau pertanyaan peserta cenderung pada keluh kebingungan dalam memahami dan memaknai maksud dari cerita berbentuk gerak pantomim yang diperankan Rizki Kurniawan.
Sebagai penutup kegiatan, peserta melakukan refleksi terhadap empat pertemuan yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2024. (*)
Kontributor: Arbi Tanjung