ALINIANEWS.COM (Korea Selatan) – Kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, menjadi tragedi terbesar dalam sejarah penerbangan negara tersebut. Pesawat dengan nomor penerbangan 7C2216, yang mengangkut 181 penumpang dari Bangkok, tergelincir saat mendarat darurat tanpa roda pendaratan. Insiden ini mengakibatkan 179 korban tewas, termasuk lima anak-anak. Hanya dua awak kabin yang selamat dari kecelakaan pada Minggu pagi, 29 Desember 2024.
Proses Evakuasi dan Identifikasi Korban
Dikutip dari detik.com, sebanyak 140 dari 179 jenazah korban telah berhasil diidentifikasi.
“Sebanyak 165 jenazah telah dipindahkan ke kamar mayat sementara. Kami akan menghubungi keluarga setelah proses autopsi selesai,” ujar seorang pejabat dari Kementerian Pertanahan Korea Selatan. Barang-barang milik korban juga telah dikumpulkan dari lokasi kejadian, sementara area landasan pacu tempat kecelakaan terjadi disterilkan menunggu penyelidikan lebih lanjut.
Faktor Penyebab Masih Diselidiki
Sebelum kejadian, menara kontrol sempat memberikan peringatan potensi tabrakan burung (bird strike) kepada pilot tiga menit sebelum pesawat menabrak landasan pacu. Namun, menurut para ahli, kecil kemungkinan serangan burung menjadi penyebab utama kegagalan roda pendaratan. “Serangan burung biasanya tidak menyebabkan kegagalan roda pendaratan sepenuhnya,” ungkap Geoffrey Thomas, editor Airline News, dikutip dari tempo.co.
Pilot pesawat Jeju Air diketahui telah mengeluarkan perintah mayday satu menit setelah peringatan tersebut. Namun, pendaratan darurat yang dilakukan malah berakhir dengan pesawat tergelincir dan menabrak dinding pembatas di ujung landasan.
“Menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, tetapi pilot gagal menghentikan pesawat tepat waktu,” jelas Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan.
Kondisi Pesawat dan Investigasi Perekam Data
Pesawat yang digunakan, Boeing 737-800, dikenal memiliki catatan keselamatan yang baik. Perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit telah ditemukan, meskipun perekam suara dilaporkan mengalami kerusakan serius.
“Ini adalah ‘detak jantung’ pesawat yang akan memberikan petunjuk penting tentang kronologi kecelakaan,” kata Thomas. Dibutuhkan waktu hingga satu bulan untuk memecahkan data tersebut.
Tanggapan dan Permintaan Maaf
Jeju Air menyampaikan permohonan maaf yang mendalam kepada para keluarga korban.
“Kami sangat menyesal atas penderitaan yang terjadi dan berkomitmen untuk menyelesaikan situasi ini,” tulis Jeju Air dalam pernyataan resminya. Sementara itu, Boeing, sebagai produsen pesawat, menyatakan siap membantu penyelidikan.
“Kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan orang tercinta,” ungkap Boeing melalui unggahan di media sosial X. (Sumber: tempo.co)
Kecelakaan ini memicu kritik terhadap prosedur keselamatan di bandara, termasuk tidak adanya busa pemadam di landasan pacu dan keberadaan dinding bata di ujung landasan. Wakil Menteri Transportasi Korsel, Joo Jong-wan, membela desain bandara, menyatakan bahwa zona keselamatan telah sesuai standar dengan area penyangga hijau sebelum dinding pembatas.
Penyelidikan mendalam terus dilakukan oleh otoritas Korea Selatan dengan melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat. Tragedi ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya peningkatan keselamatan dalam penerbangan. (at)